Breaking News

Urban Lifestyle Baru: Kucing sebagai Penjaga Rumah dan Penawar Sepi

Kucing: Makhluk Kecil yang Diam-Diam Menghidupkan Kembali Kehangatan Rumah

      “Dengkuran yang Menyulam Cinta”

Lebak, gemaindonews.com - Di sebuah rumah sederhana yang sunyinya kerap menusuk, hidup seorang gadis bernama Siti Nursifa. Hari-harinya berjalan datar, tanpa kejutan, hingga suatu senja sebuah makhluk mungil muncul—perlahan, seperti tak ingin menakuti siapa pun.

Seekor kucing berbulu putih, hitam, dan kuning, dengan mata yang bening bak kilau cahaya terakhir sebelum petang tenggelam. Ia berdiri tepat di ambang pintu rumah Sifa, seolah mengajukan pertanyaan tanpa suara:

“Bolehkah aku masuk ke hidupmu?”

Ketika kucing itu mendekat, langkahnya ringan, penuh ketulusan yang hanya hewan bisa punya. Saat bulu lembutnya menyentuh tangan Sifa, ada sesuatu yang runtuh di dalam dada gadis itu—sebuah keheningan yang mendadak retak oleh rasa hangat yang tak ia mengerti.

Sejak saat itu, kucing yang dinamai Cici menjadi bagian dari napas ruang-ruang rumah itu.

Cici bukan sekadar hewan peliharaan.

Ia adalah kehadiran.

Ia adalah teman.

Ia adalah pelipur.

Setiap kali Sifa pulang sekolah, Cici selalu menunggu. Duduk tepat di depan pintu, dengan tatapan yang tak pernah salah: tatapan seseorang yang menanti pulangnya orang kesayangan. Dan ketika Sifa datang, kucing itu melompat, melingkar di pangkuannya dengan manja, seakan berkata,

“Aku setia padamu.”

Malam-malam sunyi yang dulu terasa panjang, kini berubah menjadi selimut lembut. Dengkuran Cici mengisi ruangan, lamat-lamat seperti melodi yang merajut kembali serpihan hati yang pernah retak. Sifa baru menyadari bahwa rumahnya—dan dirinya—tak lagi sendirian.

Namun kebahagiaan itu diuji. Suatu pagi, Cici tampak lemah.Gadis itu terdiam, tubuhnya menegang. Bulu tiga warna itu meriap, mata bening yang biasanya penuh cahaya kini meredup.

Sifa panik.Tangannya gemetar saat mengangkat tubuh kecil itu.

Ada ketakutan yang menggigit keras di dadanya: “Jangan-jangan aku terlambat…?”

Ia memeluk Cici erat, seakan pelukan itu bisa memindahkan rasa sakit.

Setiap usapan di kepala kucing itu adalah doa, setiap bisikan adalah harapan. Dalam benaknya hanya satu kalimat yang mendesak: “Aku tidak siap kehilanganmu.”

Tetapi Cici, dalam kelemahannya, masih berusaha menatap Sifa. Ada senyum kecil yang hanya bisa dipahami oleh hati yang merasa: senyum seekor kucing yang ingin berkata,

“Aku akan bertahan… demi kamu.”

Malam itu, ketika Sifa pulang setelah bermain dengan teman-temannya, ia menemukan Cici tertidur damai di sofa, seolah dunia tak sempat menyakitinya terlalu lama. Sifa mendekat, mengelus kepala mungil itu dengan ketenangan yang suaranya nyaris seperti doa.

Perlahan ia berbisik, nyaris tak terdengar:

“Terima kasih sudah datang… sudah membuat rumah ini hidup lagi… sudah membuat aku merasa dicintai.”

Cici membuka satu mata—pelan, penuh makna—kemudian mendengkur lembut.

Suara itu, kali ini, bukan sekadar bunyi.

Ia adalah pesan.

“Tenang saja. Cinta yang tumbuh tulus… selalu menemukan jalannya kembali.”

Penulis: Edo. S


Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
Hosting Unlimited Indonesia
© Copyright 2022 - GEMA INDONEWS